Pages

Subscribe:

Senin, 23 Januari 2012

lawang sewu

Lawang Sewu " Gedung Tua Penuh Mistis Saksi Bisu Perjuangan Bangsa Indonesia"
ahmad syifa
Traveller
Rate
Share  

Inilah tempat yang pertama saya kunjungi saat saya menginjakan kaki di kota Semarang. Saya adalah salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri di ibukota propinsi Jawa Tengah tersebut.  Lawang Sewu adalah salah satu gedung tua yang terletak di di pusat kota semarang dekat dengan Tugu Muda yang menjadi symbol kota Semarang. Tepat pukul setengah satu malam kami sampai ditempat dan langsung menemui salah satu pemandu yang akan menemani kami. Walaupun anda adalah manusia pemberani yang tak takut apapun janganlah sombong terlebih dahulu, anda mungkin bisa masuk ketempat ini tapi belum tentu bisa keluar karena banyaknya pintu yang cukup bisa menyesatkan anda.


Setelah memasuki pintu utama gedung, pemandu mulai menjelaskan tentang sejarah Lawang Sewu yang  dulunya tempat ini adalah kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Tapi setelah kemerdekaan Indonesia gedung kuno ini digunakang sebagai kantor PT Kereta Api Indonesia. Ketika berlangsung pertemputan lima hari di Semarang, gedung ini dijadikan lokasi pertempuran melawan Jepang. Dinamakan Lawang Sewu Karena jumlah pintunya yang sangat banyak, tapi tidak ada yang tau pasti berapa jumlah pintu yang sebenarnya. .  Memang, awal yang dirasakan saat memasuki bangunan ini agak sedikit berbeda, lorong-lorong yang minimnya pencahayaan membuat suasana agak sedikit mistis.


Setelah itu kami mulai berjalan menelusuri sebuah tangga utama untuk naik keatas, di perjalanan pemandu mengatakan kepada kami bahwa jika kami mempunyai keberanian untuk duduk sendiri di tangga ini kami bisa saja melihat dan merasakan kegiatan perkantoran seperti saat dahulu kala seperti suara-suara dan kesibukan orang-orang yang melalui terowongan di lantai dasar dan rasanya saya ingin mencoba hal tersebut.Dari tangga utama terlihat lukisan dari mosaic glass denan lukisan indah dua wanita Belanda. Dinding dan tiang-tiang yang masih kokoh melengkapi kemegahan struktur bangunan yang terkenal angker ini, pemandu juga mengatakan bahwa banyak orang yang kecelakaandan mati yang tinggal disini. Kami melanjutkan menelusuri bagian ruangan yang lain terdapat ruangan untu pesta dansa dan ruangan-ruangan lain. Memasuki bagian atas dan berdiri disalah satu balkonnya, terlihat kesibukan kendaraan-kendaraan dijalan raya serta disuguhi pemandangan taman kota di tengah bundaran jalan.


Setelah puas menelusuri bagian atas, kami pun turun dan mengelilingi bagian dasar bangunan. Pintu-pintu tinggi yang berjajar dibagian sayap gedung, mengingatkan seperti apa kesibukan pada waktu itu. Adapula sebuah ruangan yang katanya berisi peninggalan jaman Belanda. Pintunya sangat kokoh sehingga belum berhasil dijebol hingga saat ini. Jadi ada kemungkinan di dalamnya masih banyak tersimpan uang dan harta benda lainnya. Tapi rasa panasaran saya akan apa yang dikatakan oleh bapak pemandu semakin menggebu-gebu akhirnya saya memberanikan diri untuk duduk sendirian di tengah tangga utama, pemandu dan teman-teman saya menunggu diluar pintu utama. Ketakutan luar biasa menemani rasa penasaran saya “ modal nekat sajalah pikirku ”. Setelah 20 menit berlalu akhirnya pemandu masuk kedalam untuk menjemput saya, saying sekali saya tidak dapat melihat dan merasakan apa-apa, mungkin adanya suara-suara pengunjung yang mengurangi keheningan.


Puas berkeliling dibagian dasar ruangan, kamipun bergegas menuju penjara bawah tanah yang merupakan bekas tempat penyiksaan tahanan. Penjara yang dimaksud berlokasi dibawah tanah, mempunyai kedalam 3 meter dari permukaan. kami ditemani oleh pemandu untuk menelusuri lorong selebar kurang lebih 1,5 meter dengan ketinggian langit-langit 2 meter tanpa ada cahaya. Dengan bantuan senter besar kami memulai perjalanan, aroma yang sumpek serta genangan air mengawali penelelusuran ini, namun semua itu tidak menjadi kendala bagi kami, untuk mengetahui apa saja yang ada di sini. Dengan rasa sedikit takut, pemandu mulai menunjukan kamar-kamar disebelah kiri maupun kanan lorong. Dahulu disini adalah tempat penyiksaan bagi para tahanan oleh pihak Belanda dan Jepang.


Berikutnya, sampai pada ruangan yang berisi bak-bak beton yang tingginya mencapai 1 meter. Tempat ini juga digunakan untuk menyiksa para tahanan dengan dipaksa berjongkok dengan direndam air setinggi leher sementara bagian atasnya ditutup jeruji besi. Dengan cara penyiksaan itu ruangan ini diberi nama penjara jongkok. Sulit dibayangkan, seperti apa para pejuang kita di perlakukan seperti itu!.


Dalam penelusuran selanjutnya, kami ditunjukan sekat jejeran batu bata yang ukurannya 1x1 meter bentuknya seperti lemari. Sekat-sekat sempit inilah yang disebut penjara berdiri di tempat ini biasanya diisi 5 sampai 6 tahanan setelah disiksa dengan tertutup jeruji besi dan dibiarkan berdiri hingga mati lemas.
Ruangan terakhir yang kami jumpai adalah ruang eksekusi. Tampak satu meja terbuat dari baja tertanam dilantai. Disinilah para tahanan dieksekusi mati dengan di penggal kepalanya. Ruangan ini cukup membuat merinding, saat membayangkan kejadian kala itu, dimana para tahanan di eksekusi.
Tak terasa hampir 20 menit kami berjalan menelusuri lorong itu, dan akhirnya bisa menghirup udara segar kembali. Merupakan sebuah pengalaman bagi kami, semua perasaan tercampur aduk antara takut, tegang sekaligus menyenangkan. Tapi, sayangnya seluruh ruangan yang ada didalam tidak boleh di foto, mengapa demikian?


Sebenarnya masih ada lorong lain yang pada saat itu digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk meloloskan diri dari kejaran musuh. Lorong itu menghubungkan antara Lawang Sewu, SMAN 3 Semarang dan SMAN 1 Semarang. Sayangnya lorong sudah ditutup dan tidak tahu keberadaanya. Belum lagi di temukannya kerangka-kerangka manusia disalah satu ruangan bawah tanah dengan jumlah yang sangat banyak, kemudian kisah pembantaian serta kekejaman perang yang pernah terjadi di Lawang Sewu.


Ironis mendengarnya, itulah Lawang Sewu, sebuah gedung tua dengan keangkerannya dan saksi bisu perjalanan bangsa ini untuk merengkuh kemerdekaan.

Labels: Lawang Sewu

0 komentar:

Posting Komentar